Senin, 09 Januari 2017

PROFIL ARSITEK



   Gunadarma adalah nama yang dikenal sebagai arsitek Candi Borobudur, sebuah candi Buddha bersejarah di abad ke-9, Jawa Tengah. Keberadaan beliau sampai saat ini masih misterius. Sangat sedikit informasi tentang sosok arsitek misterius legenda Jawa ini. Namanya lebih banyak terdengar di dongeng dan legenda Jawa. Gunadarma memiliki dua muka, pada satu muka Gunadarma merupakan arsitek tenar yang membangun Borobudur, yakni momen sejarah besar negri ini. Pada muka lainnya, Gunadarma mencerminkan buktinya dan sumbangsihnya kepada masyarakat dalam wujud guna dan darma.
   Salah satu karya arsitek Gunadarma yang fenomenal adalah Candi Borobudur. Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Borobudur juga salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
   Candi Borobudur ini terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Candi peninggalan Buddha ini juga memiliki koleksi relief terlengkap dan terbanyak di dunia, maka betapa hebatnya arsitek Gunadarma sebagai perancang candi yang sampai sekarang menjadi sejarah. 
   Dari yang saya lihat, Candi Borobudur memiliki makna di setiap bentuk dan sudut. Pada setiap tingkatnya kita bisa melihat berbagai relief kehidupan pada masa kerajaan beberapa abad kebelakang. Konsep keseluruhan Borobudur membentuk suatu mandala besar yang rumit. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana.
   Pendapat saya terhadap sang arsitek Gunadarma, sangat mengagumkan, mengapa? Karena dijaman yang belum modern, pemikiran Gunadarma sangat maju. Gunadarma merancang sebuah konsep rumit yang berbeda dari lainnya. Pada setiap lantai dan stupa memiliki arti tersendiri membuat Candi Borobudur semakin terlihat kompleks. Bagaimana bisa seseorang yang kala itu hidup di jaman belum semodern ini dapat membangun sebuah monument yang bisa membuat sejarah luar biasa.
   Dalam konsep nya pun ada tiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Kamadhatu Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Rupadhatu Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakanRupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Arupadhatu Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Saya gadis berumur 18th yang sedang menjalankan perkuliahan di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma